Selasa, 27 Oktober 2015

Akar



Akar

            Aku seperti akar yang telah rapuh
        Yang tak punyai tanah untuk ku genggam
        Ditinggalkan oleh air yang tak sempat mengalir
        Mengaku kuat tapi sebenarnya tidak

Akar
Mengapa kau tetap bertahan padahal semua unsur meninggalkanmu
Seperti pasir yang dulu batu besar sekarang jadi kerikil
Seperti hutan yang dulu lebat sekarang gundul

Karya : Meika Nur Masita
       
       

Wayang Kampung Sebelah"Mawas Diri Menakar Berani"



Wayang Kampung Sebelah
”Mawas Diri Menakar Berani”

Wayang Kampung Sebelah atau disingkat WKS tampil di Balairung Universitas PGRI Semarang pada Selasa, 20 Oktober 2015 untuk memperingati Bulan Bahasa. Di dalangi oleh seorang dalang kondang yaitu Ki Jliteng Suparman Berawal dari tokoh bernama Plungsur yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Bangunjiwo, dengan gaya bahasa yang khas logat intelek namun malah membingungkan lawan bicaranya itu justru membuat para penononton tertawa terbahak-bahak. Para penonton justru teringat dengan gaya bahasa yang digunakan oleh Vicky Prasetyo mantan tunangan penyanyi dangdut terkenal Zaskia Gotik yang ajab kali menjadi bahan omongan kala itu.
Diceritakan tokoh Plungsur dan Somad saling bersaing untuk menjadi pemimpin di Desa Bangunjiwo. Mereka berdua ternyata menggunakan cara yang sangat curang dengan money politic.Dengan usaha penyogokan terhadap panitia pemilihan Kepala Desa, akhirnya dengan proses yang panjang  Somad pun keluar  menjadi pemenang sebagai Kepala Desa Bangunjiwo. Untuk merayakan kemenangannya tersebut, ia mengundang sederet artis ibukota untuk memberikan hiburan kepada para pendukungnya. Mulai dari Roma Ramarimari yang namanya diambil dari artis Raja Dangdut yaitu Rhoma Irama, penyanyi Minul Darah Tinggi yang merupakan plesetan dari Inul Daratista, hingga Syahrini yang dalam pertunjukan ini di plesetkan menjadi Syahmarni. 
Ki Jliteng Suparman selaku dalang dalam pertunjukan ini sangat pandai memainkan tangannya sehingga membuat wayang-wayang yang di gerakakannya seolah-olah menjadi hidup. Roma Ramarimari, gaya berjoget dengan gitarnya terlihat mirip sekali dengan Rhoma Irama. Begitu pula dengan Minul Daratinggi dengan goyangan ngebornya membuat para penonton tertawa tak terkontrol begitupula dengan Syahmarni,dengan gaya bahasa yang khas artis Syahrini. Aksi mereka yang di peragakan oleh wayang-wayang yang di pegang dalang Ki Jliteng Suparman sukses mengundang tawa dari penonton di dalam gedung tersebut. Di tengah pertunjukan, tiba-tiba pendukung Plungsur menghentikan pesta karena ia mengetahui kecurangan yang dilakukan Somad dalam pemilihan Kepala Desa.

Kamis, 22 Oktober 2015

ULASAN FILM SOEKARNO



Nama              : Meika Nur Masita
Kelas              : 1C
NPM               : 15410094



Film ini menceritakan bagaimana beratnya  perjuangan Bangsa Indonesia untuk merdeka dan terlepas dari penjajah. Berbicara tentang kemerdekaan pastilah tidak akan lepas oleh sosok Bung Karno. Dulunya Bung Karno bernama Kusno.Karena saat kecil sering mengalami sakit-sakitan dan sangat kurus,kemudian sang Ayah mengganti namanya menjadi Soekarno(Adipati Karno). Nama itu diambil dari salah satu tokoh cerita pewayangan yaitu kurawa yang berhati mulia. Nama itu diberikan dengan harapan agar beliau menjadi sosok yang  ksatria dan pemberani. Harapan yang ada dibenak ayah Soekarno pun terwujud. Setelah beranjak dewasa Soekarno menjadi sosok yang memang sangat pemberani,tidak takut kepada siapa pun dan menjadi sosok yang pemberontak kepada Belanda. Sikap pemberontak yang dimiliki soekarno menjadikan Belanda semakin geram. Celakanya Soekarno yang saat itu kontra kepada belanda langsung ditangkap Belanda dan dipenjara di Beuncey selama beberapa tahun.
            Kemudian Soekarno dibuang ke kota Bengkulu pada tahun 1940. Keseharian Soekarno di Bengkulu ia isi dengan kegiatan mengajar. Disitu ia jatuh cinta kepada salah seorang muridnya yang bernama Fatmawati. Orangnya baik dan pandai. Namun rumah tangganya bersama Inggit mulai retak ketika soekarno memberitahu Inggit untuk berniat mempersunting Fatmawati. Namun apa daya,Inggit harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan Fatmawati.
            Ditengah-tengah hiruk pikuknya rumah tangga Soekarno yang diambang keretakan,Jepang datang dengan memulai peperangan Asia Timur Raya. Semangat Soekarno pun semakin bergejolak. Ia ingin memperjuangkan Bangsa Indonesia aga rmerdeka. Kekalahan Belanda atas Jepang membuat kemerdekaan sudah berada di depan gerbang.
            Soekarno bersama-sama dengan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir merundingkan keadaan ini.  Selanjutnya,peta perpolitikan dunia pun berbalik arah dengan dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 agustus 1945, Jepang termasuk golongan yang tidak di untungkan dalam hal ini. Sehingga pemerintahan Jepang di Indonesia pun bergejolak. Akhirnya momentum ini dijadikan kesempatan oleh bangsa Indonesia untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia .
            Berita kekalahan Jepang didengar oleh para pemuda-pemuda melaui radio yang ada di Bandung yang tidak sempat disita oleh pemerintah Jepang. Keadaan ini membuat para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk mempercepat proses kemerdekaan. Namun Soekarno-Hatta tidak lantas menerima permintaan itu. Penolakan Soekarno-Hatta untuk mempercepat kemerdekaan membuat golongan pemuda melakukan tindakan penculikan kepada Soekarno dan Hatta. Pengasingan ini dimaksudkan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh pihak-pihak luar.
 Pengasingan ini disebut dengan peristiwa Rengasdenglok. Soekarno dan Hatta di bawa ke Rengasdenglok pada tanggal 16 Agustus dini hari. Daerah Rengasdenglok dipilih karena jauh dari pengawasanan militer Jepang. Disitu Soekarno dan Hatta ditempatkan dirumah Laksamana Maeda dan kemudian melakukan perumusan teks proklamasi diruang makan. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Sukarno, Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Dan salah seorang pemuda mengusulkan agar Soekarno dan Hatta menjadi perwakilan atas nama Bangsa Indonesia .
  Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikediaman Soekarno,dijalan Pegangsaan Timur no. 56 semua rakyat berkumpul dan berjejer di depan rumah Soekarno. Tokoh yang hadir antara lain  Soewirjo,Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Tepat pada pukul 10.00 Ir.Soekarno membacakan teks proklamasi di depan para rakyat dan kemudian disusul dengan pengibaran Bendera Sang Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia Merdeka dan pada saat itu pula Indonesia terbebas dari penjajahan.
Dan setiap tanggal 17 Agustus 1945 selalu kita peringati sebagai hari kemerdekaan Indonesia.

Senin, 19 Oktober 2015

Tanggapan Dari blog Pak Setia Naka Andrian

Nama        : Meika Nur Masita
NPM         : 15410094
Kelas        : 1 C

 Tanggapan 1
    1.    Peneladanan Dharma Perguruan Tinggi
Setelah saya membaca wacana bapak yang berjudul”Peneladanan Dharma Perguruan Tinggi”. Saya setuju dengan pendapat bapak bahwa memang sudah seharusnya bapak atau ibu dosen tidak hanya memberikan pengajaran saja namun juga harus mewujudkan tri dharma tersebut. Yang didalamnya memuat pengajaran,penelitian,dan penabdian kepada masyarakat. Yang dimaksud pengajaran barang kali tidak hanya memberikan pengajaran materi yang sesuai dengan kurikulum saja,melainkan pengajaran-pengajaran seprti akhlak,keterampilan,pengajaran religius,kesusilaan dan motivasi yang diselipkan ketika proses perkuliahan berlangsung.
Yang kedua yaitu penelitian,tidak hanya para mahasiswa akan tetapi para bapak atau ibu dosen pun harus melakukan penelitian-peneltian ilmiah yang diharapkan bisa menemukan ide-ide atau gagasan baru.
Yang ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang dilakukan dosen beserta mahasiswa diharapkan mampu membantu mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan hasil peneltian-penelitian yang telah dilakukan dengan cara melakukan bimbingan kepada masyarakat secara langsung.
Tanggapan 2
   2.   Puisi yang berjudul “RINDU” (SOLO Pos,16 Agustus 2015)
Setelah saya membaca puisi bapak yang berjudul “Rindu” saya menangkap bahwa puisi bapak banyak menggunakan bahasa kiasan yang memang agak sulit untuk dipahami. Yang saya tangkap dari puisi tersebut berisi tentang kerinduan seorang kekasih yang telah lama merindukannya akan tetapi hanya bisa bertemu melalui  bayangan-bayangan dan angan-angan saja tanpa bisa untuk bertemu secara langsung.
Tanggapan 3
   3.   Ikhtiar Pemerataan Label Sekolah Favorit (7 Oktober 2015)

Setelah saya membaca wacana bapak yang berjudul “Ikhtiar Pemerataan Label Sekolah Favorit” saya setuju bahwa penggunaan nama embel-embel sekolah favorit seharusnya tidak digunakan,karena semua sekolah itu sama saja,hanya saja perbedaannya terletak pada tempat dimana sekolah itu berada. Tidak semua sekolah yang berada di desa itu tidak favorit ataupun tidak memenuhi standar,pada hakekatnya sekolah yang mempunyai fasilitas yang memadailah yang bisa di sebut sekolah maju. Dan seharusnya di Indonesia semua kualitas sekolah di desa ataupun kota harus sama-sama memilki kualitas yang baik.

Kamis, 15 Oktober 2015

Mengancam Kenangan, Teater Tikar



Meika Nur Masita
NPM: 15410094

Mengancam Kenangan

8 oktober 2015, itulah tepatnya kita para mahasiswa baru jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inddonesia menonton pertunjukan drama yang dipertunjukan oleh Teater Tikar Semarang yang tepatnya di Gedung Pusat Lantai 7 Universitas PGRI Semarang. Pertunjukan Drama itu berjudul Mengancam Kenangan , yang sukses ditulis oleh Iruka Danishwara dan disutradarai oleh Ibrahim Bhra tepatnya pada pukul 16.00.
Di setiap unsur kehidupan di muka bumi tak kan pernah lepas oleh kenangan abadi. Benda mati ataupun hidup pastilah memiliki kisah masing-masing. Hal itu tatkala berbeda dengan apa yang rasakn oleh Nyonya. Seorang wanita yang kehidupannya hanya diratapi oleh air mata yang tak pernah mengering sepanjang hari. Nyonya akrab panggilannya,hidup seorang diri tanpa belahan jiwa ataupun belahan hatinya. Tak tau kemana perginya kedua pasang kaki itu. Yang ia tau hanyalah mengingat dan mengingat kenangan. Tak pernah sedetikpun kenangan itu terlepas dari benaknya.
            Di pagi yang bungkam,Nyonya dengan raut muka yang memelas itu tak tau harus bagaimana untuk tidak mengingat kenangan itu. Tapi itu tak bisa dilakukannya,batinnya selalu memberontak tatkala akan menghapus kenangan itu. Sedangkan Nyonya sudah terlalu asik untuk membersihkan teras rumahnya. Dimana kaki -kaki kecil pernah menapak disana bersama sepasang kaki besar yang tak pernah absen menemani. Setiap ada sesuatu yang turut dalam ijuk sapunya ke kanan kiri, terbuang  bersama debu. Sudah terlalu berlipat-lipat tumpukan kenangan itu sehingga menjadi menggunung.
“Tapi  ,tahukah kau bahwa kami telah melihatmu setiap hari. Dengan betapa penuh cinta dan kasih meletakkan jemarimu di atas sana. Raut wajahmu sudah menggambarkan segalanya. Setiap kerut yang ada diwajahmu bagai bercerita. Kami bahkan tahu segala cerita yang tersimpan di dalam kepalamu. Kami jadi saksi yang tidak pernah bicara pada siapapun. Cerita tentang tragedi-tragedi yang sama bisunya dengan kami. Begitu dalam pelukanmu ternyata kalah dengan serdadu-serdadu bertopi panci itu,yang mmencoba merebut ia dari tanganmu. Seketika yang kau genggam hanyalah rambuut yang di setiap helainya tertukis kenangan masa lalu. Dan ituu pun yang akhirnya kau kenang”.
            Diantara banyak benda yang ada didalam ruang kenangan,hanya selalu pigura-pigura yang menempel yang menjadi fokusnya. Tangan lembutnya tak pernah absen untuk mengusap pigura-pigura itu dengan harapan akan melebur kenangan-kenangan itu. Debu yang menempel mengisyaratkan betapa dalamnya luka hati yang tergoreskan. Maka Nyonya terjebak pada pelukannya di teras rumah. Memeluk dirinya sendiri erat-erat. Riuh rendah suara langka kaki tidak membuat ia beranjak dari tempatnya.

“Kelak apa yang bisa membuatmu pergi dari sana,Nyonya?
“Tidak ada. Karena pigura-pigura itu pun tidak akan terusik dari tempatnya,begitupun aku. Begitupun kenangan yang mengukir kaki-kaki kita”.
            Setiap malam tiba,sang kaki kecilnya selalu bertanya-tanya  akan kemana perginya kaki besar itu. Itu menjadi wajar karena memang kaki besarnya pergi tanpa jejak sampai saat ini. Ia pun mendesah kebingungan akan pertanyaan itu. Isi kepalanya seakan-akan pecah namun hatinya bungkam tak tau harus berucap apa.
“Ayahmu pergi entah kemana. Ke sebuah tempat yang entah dimana. Dimana yang tidak bisa aku terima. Dan kau terus-terusan bertanya perihal ‘dimana’,tidakkah itu menyakitkan? Seberapa harus kau tau tentang ‘dimana’itu?
“Aku tidak ingin tahu dimana perihal dimana ayah,aku hanya ingin cerita-ceritamu tentangnya”.
            Hatinya miris mendengar perkataan itu. Wajahnya semakin pucat karena ia selalu dipaksa untuk hal itu. Akan tetapi hanya diam dan bungkam yang bisa ia lakukan.
Kepergian belahan jiwanya menjadikannya ia semakin layu,seperti tanaman yang tak mendapatkan air ketika kehausan. Kepedihananya semakin bertambah tatkala ia mengetahui sang kaki kecilnya perlahan meninggalkannya seorang diri. Air matanya seketika tumpah. Dan ingatannya akan kenangan itu menjadi semakin menggunung.
            Bak mandi yang seketika itu penuh,kini menjadi aliran sungai yang mengalir deras bak baru saja di tumpahi oleh hujan lebat. Air keruh yang terdapat dalam bak itu mengartikan betapa kelamnya kenangan masa lalu yang begitu menyayat hati. Tapi apa boleh buat,air itu sudah terlanjur berubah menjadi semakin keruh dan berlumut. Untuk menghapusnya hanya dengan mengganti air itu dengan air yang baru . Dengan mengahapus semua kenangan-kenangan itu akan membuat air itu berubah menjadi bening dan jernih lagi. Akan tetapi,si Nyonya seakan putus asa untuk melakukannya. Ia tak bisa jika harus dengan cara itu semua kenangan yang ada di benaknya akan terlepas begitu saja.
“Nyonya ,mengapa kau tak pernah tahu bagaimana menghentikan apa saja yang datang padamu?
“mengapa harus aku hentikan? Bukankah sikap yang paling baik adalah menerima saja?
“kau membiarkan,bukan menerima”.
            Sontak ia tertegun dengan ucapan itu. Semakin lama pikirannya semakin melayang kemana-mana. Ia hanya ingin menyimpan rapat-rapat semua tragedi yang pernah terjadi pada dirinya. Ia tak ingin ada orang yang mengetahuinya selain pigura-pigura yang ada dalam ruang kenangannya.

            Sama seperti kenangan yang sangat bungkam pada setiap apa yag dilaluinya,setiap insan akan merasa diancam oleh apa yang ia lalui sendiri,tanpa orang lain. Dan,cara terbaik memberikan ancaman pada kenangan adalah dengan menerima,menyaksikan,dan berlapang dada bahwa kenangan itu akan ada di tempatnya pada seluruh sisa hidupnya.

Itulah sepenggal cerita yang dipertunjukan oleh Teater Tikar Semarang pada tanggal 8 oktober kemarin,  awalnya memang susah ditebak, menceritakan apakah drama ini , karena dalam pertunjukan drama yang di gelar di Gedung Pusat lantai 7 ini menggunakan bahasa bahasa kiasan yang mungkin agak sulit untuk dipahami karena terlalu banyak monolog. Namun jika kita perhatikan , kita tonton dengan serius maka drama ini dapat mudah kita pahami.
Pesan yang dapat diambil dari sepenggal cerita dari teater ini adalah kita hidup pastilah memilki kisah. Dan kisah itu akan menjadi kenangan yang abadi. Kenangan akan nampak indah jika kita melakukan hal-hal yang positif dan kenangan akan menjadi hal pahit jika kita melakukan hal-hal yang dinilai negatif.






Portofolio Aksi Nyata Topik 1

  T1-8a. Unggah Portofolio - Aksi Nyata Mata Kuliah Computational Thingking Berikut link Google Drive tugas portofolio aksi nyata: https://d...